Kamis, 27 Agustus 2009

Timbunan Pahala di Ramadhan

Imam Thabrani meriwayatkan suatu hadits dari sahabat Ubadah bin Shamit r.a. yang menyatakan bahwa suatu hari di bulan Ramadlan Rasulullah saw. bersabda:
“Telah datang bulan Ramadlan kepada kalian, bulan barakah yang di dalamnya Allah men- datangi kalian. Maka turunlah rahmat. Dan dihapuskanlah kesalahan-kesalahan. Dan di bulan itu Allah mengabulkan doa. Di bulan itu Allah melihat (memperhatikan) perlombaan di antara kalian. Dan Allah membanggakan kalian kepada para malaikatNya. Maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan kalian sebab orang yang celaka adalah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di dalamnya “.



Hadits tersebut menjelaskan secara gamblang bahwa bulan Ramadlan adalah bulan barakah. Allah SWT memberkahi orang-orang mukmin. Makanan dan minuman mereka men- jadi berkah. Meskipun sedikit, tetapi menge- nyangkan dan menghilangkan dahaga. Harta dan shadaqah mereka pun berkah, yakni ditambah dan diperbanyak oleh Allah SWT. Pendekatan diri mereka kepadaNya pun diberkahi dan amal-amal shalih mereka pun dilipat gandakan hingga 700 kali lipat. Allah SWT memuliakan mereka pada bulan ini lebih dari bulan-bulan lain. Pada bulan ini para hamba Allah merasakan sentuhan ketuhanan dengan turunnya rahmat, yang hanya diperoleh oleh hamba-hambaNya yang berpuasa. Kesalahan-kesalahan mereka dihapus dan pada akhir Ramadlan dosa-dosa mereka diampuni. Jadi berkat rahmat Allah Yang Maha Pengam- pun, bulan Ramadlan menjadi bulan cuci dosa tahunan bagi muslim yang berpuasa. Tentu yang dimaksud adalah dosa-dosa kecil sebagai- mana sabda Rasulullah saw. “Ramadlan hingga Ramadlan menjadi penghapus dosa di antara keduanya jika dijauhi dosa-dosa besar”.
Pada bulan Ramadlan Allah SWT men- jawab doa orang-orang muslim yang berpuasa sejak terbit fajar hingga ia berbuka puasa. Rasulullah saw. bersabda:
“Tiga kategori orang yang doa mereka tidak ditolak (oleh Allah SWT), orang yang berpuasa tatkala ia berbuka, Imam yang adil, dan doa orang yang dizhalimi. Allah mengangkat doa itu di atas awan dan pintu-pintu langit dibuka untuknya. Dan Allah Rabbul alamin berfirman: ‘Demi Kemuliaan dan KeagunganKu, niscaya aku akan menolongmu meskipun nanti” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Dalam hadits di atas Rasulullah menye- butkan bahwa Allah SWT melihat serta mem- perhatikan, dan tentunya memberikan penilaian perlombaan amal shalih yang kita lakukan: “yanzhurullah ila tanaafusikum fiih”. Dalam penggalan hadits ini Allah mendorong kaum muslimin agar berlomba-lomba dalam melak- sanakan berbagai ketaatan, seperti shalat-shalat sunnah, dzikir, doa, dan melaksanakan umrah. Juga berlomba melaksanakan aktivitas-aktivitas kebajikan seperti memberikan shadaqah untuk fakir miskin dan orang-orang yang membutuh- kan, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, serta menyebarkan Islam di tengah-tengah masyarakat dengan jalan mengajarkan dan mendakwahkannya. Perlombaan yang disaksi- kan Allah SWT tersebut berlangsung sepanjang bulan Ramadlan. Dan perlombaan amal shalih ini dibanggakan oleh Allah SWT kepada para malaikat muqarrabin, makhluk Allah penghuni alam yang tinggi yang ketaatannya paten itu (QS. At Tahrim 6). Setiap muslim yang men- dengar sabda Rasulullah saw. itu tentu tak mau ketinggalan dalam perlombaan amal shalih tersebut. Dengan itu Allah mengangkat derajat- nya di sisiNya, bahkan Allah SWT menyebut- nyebut namanya di kalangan masyarakat yang tinggi (almala’u a’la) dan membanggakannya di hadapan para malaikatNya.
Oleh karena itu, Rasulullah dalam hadits di atas mengatakan: “Perlihatkanlah kebaikan kalian kepada Allah”. Seakan-akan Rasulullah saw. bersabda kepada kaum muslimin: “Turunlah kalian ke arena perlomba- an super akbar ini dengan penampilan paling prima!”. Inilah kesempatan kita memecahkan rekor-rekor dalam cabang-cabang amal shalih, dalam bidang-bidang ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT, baik yang bersifat ketaatan ritual maupun aktivitas kebajikan di masyarakat. Apalagi cabang yang paling ber- gengsi di sisi Allah, yakni aktivitas menggusur hukum kufur dan mengembalikan posisi hukum Al Quran dengan mengembalikan Khilafah Islamiyyah. Termasuk yang paling bergengsi pula adalah melaksanakan kewajiban jihad fi sabilillah memerangi kaum kafir di bulan Rama- dlan. Yang terakhir ini seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya yang mulia. Mereka memerangi kaum Kafir Quraisy pertama kali dalam medan perang Badar pada bulan Ramadlan tahun 2 H. Mereka membe- baskan kota Makkah dari kedaulatan Quraisy pada tahun 8 H. Mereka menjebol benteng pertahanan terakhir kaum Yahudi di Khaibar pada bulan Ramadlan 6 H. Demikian pula kaum muslimin berikutnya, tak ketinggalan berjihad memerangi kaum kafir meskipun mereka sedang berpuasa menahan lapar dan haus. Pembebasan Andalusia dan pengusiran pasukan Tartar dari negeri Syam merupakan sebagian bukti sejarah kemuliaan dan keperka- saan mereka serta keberkahan aktivitas mereka.
Lipat Ganda Pahala
Salah satu keberkahan bulan Ramadlan adalah dilipatgandakannya pahala amalan sha- lih seorang muslim. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah antara lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan baik (sunnah/mandub) pada bulan Ramadlan, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan suatu kewajiban (fardlu) pada bulan yang lain. Siapa saja yang menu- naikan kewajiban (fardlu) di bulan Ramadlan , (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakannya 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain”.
Hadits ini kita tampilkan untuk mem- buat suatu proyeksi amal shalih agar kita bisa lebih teliti dan efektif dalam beramal. Sebab, Allah SWT sendiri telah mengabarkan akan menyeleksi kita, siapa yang terbaik amalannya. Dia berfirman:
“Dialah yang telah menciptakan hidup dan mati agar dia menguji siapa di antara kalian yang terbaik amalannya” (QS. Al Mulk 2).
Dari informasi hadits di atas dapat kita duga secara relatif –dan Allah SWT yang Maha Mengetahui dan paling berhak memberikan penilaian dan pahala– nilai-nilai aktivitas kaum muslimin yang berpuasa di bulan Ramadlan. Puasa Ramadlan sendiri tak ada bandingannya, karena Allah SWT sendiri yang bakal meng- hitung balasannya, sebagaimana disebut dalam sabda Rasulullah saw:
“Segala amal kebajikan anak Adam dilipat- gandakan pahalanya dengan 10 hingga 700 kali lipat. Allah berfirman: ‘kecuali puasa, puasa itu untukKu dan Aku (sendiri) yang akan mem- berikan pahala kepadanya. Dia telah mening- galkan syahwat dan makan minum lantaran Aku’…” (HR. Muslim).
Namun aktivitas-aktivitas lain yang kita lakukan sambil berpuasa perlu kita ketahui dan dugaan relatif kita tentunya adalah untuk mem- perkuat motivasi kita dalam melakukan amal shalih.
Jika kita melaksanakan shalat fardlu –dan ini harus tentunya– lima waktu selama sebulan penuh, maka kita insyaallah dipahalai sama dengan melaksanakannya 70 bulan atau kurang lebih 5 tahun sepuluh bulan pada bulan yang lain. Jika kita laksanakan shalat sunnat rawatib (pengiring shalat lima waktu), maka insyaallah kita dihitung sama dengan melak- sanakan shalat fardlu tersebut pada bulan yang lain. Jika kita melaksanakan shalat tarawih se- bulan penuh, maka kita insyaallah dihitung sama dengan melaksanakan shalat fardlu pada bulan yang lain dengan jumlah rakaat sesuai bilangan rakaat tarawih kita. Shalat-shalat sun- nah lainnya pun alangkah baiknya kita kerjakan karena insyaallah status pahalanya sama dengan shalat-shalat fardlu pada bulan-bulan yang lain. Sedangkan sekali melaksanakan shalat fardlu di masjid secara berjamaah, insya- allah dinilai sama dengan 70 kali shalat fardlu sendirian, artinya sama dengan 4900 kali shalat fardlu sendirian di bulan yang lain. Adapun memberikan pesan-pesan taqwa pada mimbar Jumat, insyaallah dinilai sama 70 kali berkhut- bah Jumat pada bulan yang lain.
Melaksanakan umrah di bulan Rama- dlan, insyaallah mendapatkan pahala setara dengan pahala menunaikan ibadah haji atau menurut suatu hadits riwayat Imam Muslim disebut seutama dengan pergi haji bersama Rasulullah saw. Tentu saja tanpa menggugur- kan kewajiban haji yang bersangkutan.
Membayar shadaqah sunnah di bulan Ramadlan, insyaallah mendapatkan pahala membayar zakat di bulan yang lain. Sedangkan membayar zakat di bulan Ramadlan, insyaallah mendapatkan pahala membayar zakat selama 70 tahun. Memberikan pinjaman kepada sau- dara muslim yang membutuhkan, insyaallah mendapatkan pahala membayar kewajiban naf- kah di bulan yang lain. Sedangkan membayar utang di bulan Ramadlan kiranya sebagaimana membayar nafkah wajib, insyaallah akan men- dapatkan pahala sama dengan 70 kali mem- bayar kewajiban tersebut.
Mengambil keputusan hukum atas perkara-perkara dengan menggunakan hukum Allah SWT dan bersikap adil di bulan Rama- dlan, insyaallah mendapatkan pahala seperti 70 kali mengambil keputusan dengan cara tersebut di bulan lain. Berdakwah mengajak kaum muslimin meninggalkan hukum kufur dan me- ngembalikan hukum Al Quran di bulan Rama- dlan, insyaallah akan mendapatkan pahala setara dengan melakukan dakwah seperti itu sebanyak 70 kali di bulan yang lain. Sedangkan sikap ikhlas penuh kerendahan hati mengambil keputusan politik untuk kembali kepada hukum Allah di bulan Ramadlan, insyaallah akan men- dapatkan pahala sebanyak 70 kali pengambilan keputusan yang luhur itu.
Berjihad memerangi pasukan kafir di bulan Ramadlan, insyaallah akan mendapatkan pahala 70 kali puncak ibadah di dalam Islam itu jika dikerjakan pada bulan yang lain. Berpatroli menjaga keamanan pasukan kaum muslimin di bulan Ramadlan, insyaallah dinilai sama dengan 70 kali patroli yang sama di bulan lain. Dan menjaga perbatasan atau menjadi murabithuun (QS. Ali Imran 200) sebulan penuh di bulan Ramadlan, insyaallah mendapat pahala setara dengan menjaga perbatasan selama 70 bulan di bulan yang lain.
Menyuruh seorang muslimah berjilbab pada saat pergi ke luar rumah pada bulan Ramadlan insyaallah mendapatkan pahala seperti menyuruhnya 70 kali pada bulan yang lain. Melarang seorang pemuda minum khamr, minum ecstasy, dan mengisap ganja di bulan Ramadlan, insyaallah mendapatkan pahala melarangnya 70 kali di bulan yang lain. Sedangkan menutup pabrik-pabrik barang- barang terlarang tersebut serta menutup jalur- jalur peredarannya dengan tanda tangan penguasa, insyaallah mendapatkan pahala yang jauh lebih besar. Orang yang menasihati penguasa agar lurus dengan perintah Allah SWT, dan melarang mereka mengingkari kete- tapan Allah SWT di bulan Ramadlan, insyaallah akan mendapatkan pahala setara dengan kalau ia lakukan 70 kali di bulan yang lain. Adapun kalau ia dibunuh penguasa pada bulan Rama- dlan lantaran tindakan luhurnya itu, insyaallah bagaikan ia mati syahid 70 kali di bulan yang lain.
Bertafaquh fiddin menuntut ilmu-ilmu Islam selama seminggu di bulan Ramadlan, insyaallah mendapat pahala setara dengan me- nuntutnya selama 70 minggu di bulan yang lain. Mempelajari dan meneliti sains dan teknologi selama sebulan di bulan Ramadlan, insyaallah dipahalai seperti mempelajari dan menelitinya selama 70 bulan di bulan yang lain.
Pendek kata, pada bulan ini kaum mus- limin panen pahala secara besar-besaran. Lebih-lebih pada malam kemuliaan (lailatul qadar), yang nilainya melebihi seribu bulan.
Teliti Sebelum Beramal
Kalau dalam hadits di atas Rasulullah saw. menyuruh kaum muslimin agar menampil- kan kebaikan mereka kepada Allah SWT di bulan Ramadlan ini, arti sebaliknya (mafhum mukhalafah) adalah beliau saw. melarang kita menampilkan keburukan-keburukan kita di bulan Ramadlan. Jika dalam bulan Ramadlan Allah SWT melipatgandakan pahala perbuatan baik kita, maka dapat kita mengerti kalau Allah akan menghukum berat pula siapa saja yang melakukan kemaksiatan di bulan Ramadlan. Jika Rasulullah saw. menghukum seseorang yang bergaul dengan istrinya di siang hari bulan Ramadlan dengan alternatif-alternatif yang berat, yaitu: melaksanakan puasa berturut-turut 2 bulan, atau membebaskan budak, atau mem- berikan makan kepada 60 orang fakir miskin; bagaimana pula hukuman untuk yang berzina di siang seperti itu? Bahkan untuk orang yang sengaja tidak berpuasa di bulan Ramadlan, tanpa alasan untuk mendapatkan rukhshah, Rasulullah saw. dengan tegas mengancam yang bersangkutan dengan predikat kafir dan puasa yang ditinggalkannya itu tak pernah dapat dilunasinya!
Abu Ya’la meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Sendi-sendi dan dasar-dasar Islam itu ada tiga, atasnyalah didirikan Islam. Siapa saja yang me- ninggalkan salah satu darinya, maka ia dinilai kafir dan halal darahnya. Ketiga sendi itu ada- lah: mengakui bahwasanya tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, shalat fardlu (lima waktu), dan puasa Ramadlan” (lihat Prof. Dr. T.M. Hasbi As Shiddieqi. Pedoman Puasa. hal 363).
Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa saja yang berbuka suatu hari di bulan Ramadlan tanpa udzur dan tidak sakit, niscaya puasa yang ditinggalkannya itu tak dapat dilunasinya (qadla) dengan puasa sepanjang masa, sekalipun ia (sanggup) melakukannya”.
Dengan demikian, sebagai hamba Allah SWT yang yakin bahwa kita ini milikNya dan akan kembali pulang kepadaNya, maka hen- daknya kita selalu meneliti perbuatan yang akan kita amalkan. Apakah itu bernilai positif, nol, atau negatif di sisi Allah SWT. Jika kita ketemu perbuatan yang sama-sama positif, mana yang lebih besar nilainya di sisi Allah SWT, itu yang kita prioritaskan. Dengan ketelitian itu kita akan dapat mengeruk keuntungan yang sebesar- besarnya berupa pahala sebanyak-banyaknya dan kemuliaan dari Allah yang setinggi- tingginya. Insyaallah!.

0 comment:

Posting Komentar

Find Maps


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Ford Cars. Powered by Blogger